KARAWANG, Spirit
Setelah sempat vakum beberapa pekan, pada Sabtu malam (22/11), Forum Tokoh Sinema, Teater dan Sastra (Fotosintesa) Karawang kembali menggelar Malam Puisi yang keenam. Tema dalam Malam Puisi ini adalah “Sajak Perlawanan Rendra”. Malam Puisi ke-6 tersebut berlangsung khidmat dan lantang
Secara konsep, Malam Puisi kali ini tidak jauh berbeda dengan Malam Puisi sebelumnya. Bedanya hanya terletak di kepengurusan. Di masa vakumnya, Fotosintesa melakukan perubahan pada struktur kepengurusannya.
“Perubahan itu perlu demi kemajuan Fotosintesa ke depan. Setelah dirombak, Fotosintesa yang sekarang terlihat lebih muda, segar dan siap melakukan gebrakan,” tegas Faizol Yuhri yang akrab disapa Pepi, pegiat teater Karawang yang juga anggota Fotosintesa.
Diakuinya, Fotosintesa yang sekarang punya divisi-divisi baru, ada divisi teater yang dinamai Rumah Belajar Teater, ada divisi film yang dinamai Rumah Belajar Sinema dan divisi sastra yang dinamai Rumah Belajar Sastra.
“Garapan Malam Puisi sepenuhnya diserahkan ke Rumah Belajar Sastra,” ujar Pepi.
Malam Puisi VI diadakan di kompleks ruko Grand Taruma Karawang, tepatnya di samping Coffe Writer. Dalam Malam Puisi, penonton yang hadir diperbolehkan mengapresiasi puisi WS. Rendra.
“Kami menyediakan kopian puisi-puisi Rendra. Hadirin bisa membaca, deklamasi, mengkritik atau membedah esensi puisi Rendra,” ujar Pepi.
Fotosintesa sengaja menawarkan tema WS. Rendra di malam puisi ini, sebab, Karawang punya dua momen perlawanan yang sedang hangat-hangatnya. Pertama adalah momen perlawanan kenaikan upah buruh, kedua ialah momen perlawanan kenaikan BBM.
“Di dunia sastra Indonesia, setidaknya ada dua penyair yang dianggap mahir dalam membuat sajak perlawanan. Pertama Widji, kedua Rendra. Dengan memilih tema Rendra, kami ingin mengajak hadirin untuk menyelami makna perlawanan dan esensi perlawanan dari mata Rendra,” tambah Pepi.
Sementara itu, menurut Muhammad David, aktor yang juga penyair, Malam Puisi sungguh menggetarkan hatinya. Pasalnya, berpuluh-puluh tahun dirinya berkesenian di Karawang, baru kali ini ada kegiatan sastra yang sungguh terlihat guyub dan semangat.
“Saya pribadi melihat semangat anak-anak yang sungguh luar biasa. Saya takjub. Kegiatan ini bisa ramai. Tempatnya di kafe lagi. Semoga kalian semua bisa kuat dan tetap guyub,” katanya.
Sementara untuk Rendra-nya, David berpendapat bahwa sosok Rendra begitu istimewa di kancah ksusastraan Indonesia. Menurutnya, Rendra yang dengan tipikal lantang dan blak-blakannya sudah merubah wajah sastra Indonesia.
“Kita melihat bagaiman Rendra hadir sebagai pemberani. Ia tak segan mengkritik pemerintah lewat kata-katanya,” ujarnya.
Emay Ahmad Maehi, Pembina Oi yang juga turut hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi penuh acara tersebut. Ia yang juga pernah hadir dalam Malam Puisi edisi sebelumnya menganggap, kegiatan ini menjadi suatu kejujuran.
“Karena puisi itu jujur. Hal yang keluar dari hati itu ya puisi. Saya harap ‘pengajian puisi’ ini bisa berlangsung terus-menerus,” kata direktur Spirit Karawang tersebut.
Malam Puisi itu juga jadi ajang bertemunya para penyair dan sastrawan Karawang, juga para pegiat teater Karawang. Kata dia,di acara ini akan dihadiri Kakek Hakimi, penyair Karawang usia 70 tahun yang tinggal di Cikampek, dia seorang mantan guru dan pelatih Pramuka.
Selain nama-nama yang sudah disebut di atas, hadir juga dalam Malam Puisi ke-6 tersebut. Hendrik Agustian, pelatih teater SMAN Cilamaya yang telah membawa anak didiknya jadi juara 1 lomba musikalisasi puisi se-Karawang. Juga Yadi Pitung, penata artistik yang sudah berpengalaman di dunia seni peran dan Paman Kwek-kwek, seorang pendongeng yang juga pegiat teater, termasuk Gus Muh, putra Karawang, peraih juara 1 lomba cerpen tingkat nasional. (muh)
Posting Komentar