TIDAK semua orang mempunyai kepiawaian bersosialisasi dan sekaligus menjadi perekat komunitas masyarakat.
Untuk piawai dalam hal itu, memang membutuhkan seni dalam memahami karakterisktik seseorang. Hal inilah yang menjadi kelebihan tersendiri Hj Ayum Nurlaelasari.Perempuan paruh baya ini mampu mengonsolidasikan kondisi komunitas sosial di lingkungan Desa Sukaluyu Kecamatan Telukjambe Timur Karawang. Dia berhasil melakukan penyatuan kelompok masyarakat di desanya yang notabene terdapat dua kelompok. Pertama, kelompok masyarakat yang berbasis lingkungan kampung dan ke dua, masyarakat lingkungan perumahan.
Sukaluyu merupakan prototipe desa dengan kondisi kultur masyarakat transisional. Di satu sisi, mengingat wilayahnya berada di area yang menjadi basis pusat perdagangan dan jasa, menunjukkan karakteristik dari trend masyarakat perkotaan. Pusat bisnis Karawang Centyral Plasa (KCP) di Galuh Mas dan kemegahan Hotel Mercure menjadi salah satu sudut dan performance kotanya. Di sisi lain, wilayah perkampungannya masih berada dalam kultur masyarakat yang di dominasi tradisi perdesaan.
“Semula, kegiatan ibu-ibu tak pernah menyatu. Kelompok perkampungan punya komunitas sendiri dan komunitas masyarakat di kompleks perumahan pun mempunyai kelompok sendiri. Dan Alhamdulillah, setelah kami lakukan pembinaan dengan intens, akhirnya keduanya saat ini telah melakukan kegiatan secara bersama-sama,” kata Ayum, yang kini Ketua Tim Penggerak PKK Desa Sukaluyu ini.
Baginya, upaya perekatan komunitas tersebut harus didasari dengan niat yang tulus dan ikhlas, karena semua masyarakat di desanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sekaligus patut untuk saling berinteraksi. Sebagai kader Posyandu, dia dengan rutin menjalin komunikasi di antara lingkungan masyarakat. Belum lagi aktivitas keagamaan semacam pengajian lingkungan juga menjadi bagian bidikan potensi untuk ajang mempererat tali silaturrahmi.
Perempuan kelahiran asli Desa Sukaluyu ini, mengawali kiprahnya dalam aktivitas sosial di desanya dimulai sebagai Sekreataris TP PKK desa setempat, sehingga saat dia dipercaya menjadi ketua, tidak gagap lagi dalam melakukan pembinaan masyarakat terutama kaum perempuan. “Memang awalnya harus sedikit dipaksa, karena kalau menunggu kesadaran masing-masing, tentu sangatlah sulit disatukan. Mereka awalnya melalui SMS, saya tegaskan, kalau di antaranya tidak hadir, itu artinya setuju dengan kegiatan yang akan dilakukan. Nyatanya, dengan cara awal semacam itu, akhirnya saat ini sudah menjadi kebiasaan,” kata perempuan kelahiran 1 Agustus 1970 ini.
Kerja keras yang telah dilakukannya, saat ini manaatnya mulai dirasakan oleh masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya kepercayaan masyarakat yang mengharapkan dia mengikuti kontestasi Pemilihan Kepala Desa Januari atau Pebruari 2015 mendatang. Masyarakat tanpa dikomando mendatangi rumahnya untuk meminta kesediannya maju menjadi calon kades, hingga akhirnya, di antara mayoritas masyarakat tersebut sempat melakukan ancaman untuk tidak mau mendatangi lokasi pemungutan suara jika Ayum tidak bersedia menjadi calon.
“Karena kuatnya desakan masyarakat tersebut, atas izin suami, akhirnya saya putuskan untuk mengikuti kehendak masyarakat yang telah meminta kami maju menjadi calon. Beberapa hari kemarin, mereka telah saya kumpulkan untuk saya sampaikan kesediaan saya,” aku istri H Kasman yang baru meletakkan jabatannya sebagai Kades Sukaluyu Oktober lalu.
Sukaluyu merupakan salah satu desa dari delapan desa di Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang yang akan menggelar hajat demokrasi pilkades di awal 2015 mendatang. Desa yang cukup padat paopulasinya ini, mempunyai jumlah hak pilih lebih dari 15 ribu orang.
Diakui perempuan beranak tiga ini, semenjak menyatakan kesediaannya tersebut, beberapa warga telah mengagendakan untuk mensosialisasikan dirinya. Hal itu menurut dia, berangkat dari kehendak masyarakat sendiri. “Semua berjalan alamiah. Mungkin karena merasa terbebani, karena sudah mendesak saya, akhirnya dengan niat tulus dan kesadaran dirinya sendiri, akhirnya mensosialisasikannya kepada masyarakat yang lain. Sementara ini, saya lebih sering di rumah untuk menerima kunjungan warga saja,” tutur perempuan yang hingga saat ini elektabilitasnya terbilang paling tinggi.
Misi lain yang akan dilakukan perempuan berjilbab ini, melanjutkan program kegiatan yang belum sempat dituntaskan sang suami. Hal tersebut, tentunya bukan menjadi dunia baru bagi Ayum, mengingat beberapa tahun belakangan, semenjak suaminya dalam masa proses penyembuhan dari kecelakaan, dia telah ikut aktif membantu tugas dan kewajiban suaminya sebagai kades.
“Ketika bapak sakit kecelakaan, saya sudah terbiasa turun membantu pekerjaan desa. Jadi sudah tidak canggung lagi ketika harus memimpin desa dengan jumlah 112 RT dan RW sebanyak 30,” paparnya.
Saat ini menurut penilaiannya, masyarakat Sukaluyu yang terdiri atas lima dusun dengan populasi penduduknya kurang lebih 21 ribu orang ini cukup mempunyai partisipasi aktif dalam kegiatan desa. Meskipun sangat heterogen, mereka masih mempunyai ikatan emosional dengan nilai-nilai kultur sosial dan keagamaan yang tinggi.
Harapannya dengan adanya pilkades, masyarakat tetap dapat menjunjung nilai-nilai kebersamaan dan kesetiakawanan sosial. Momentum pilkades yang cenderung rawan terhadap konflik dapat diminimalisir secara bersama-sama. Ia berharap, masyarakat mengedepankan kepentingan umum daripada kepntingan pribadi dan kelompoknya.
“Menurut informasi, saat ini sudah lebih dari lima bakal calon. Sehingga kami harapkan, semua calon dapat berkompetisi dengan baik. Marilah tetap kita jaga dan jalin tali silaturrahmi, dengan harapan akan bisa dijadikan tauladan bagi warga masyarakat,” pungkas perempuan satu-satunya calon kades di Kecamatan Telukjambe Timur ini. (mustofa top/spirit karawang)
Posting Komentar