Jangan dalam shalat saja berjamaah, tapi dalam ekonomi pun perlu
“Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan berkah.”
Kata-kata “sederhana” dari seorang cendikiawan Gus Mus itulah yang dijadikan konsep dasar Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Niaga Utama dalam membangun sebuah koperasi yang berbasis syariah.
“Jangan banyak mencari banyak kami terapkan dalam produk kami yang bernama ‘Tabungan si Mudah’. Dalam prodak itu, anggota koperasi hanya menyetor simpanan Rp 1000 per minggunya. Jadi kami tidak membebani nasabah,” kata pengawas BMT Niaga Utama, Gatot Mukhlisin kepada Spirit Karawang.
Karena pada prinsipnya, lanjut Gatot, BMT Niaga Utama hadir untuk mengentaskan kemiskinan yang melanda masyarakat eselon bawah. BMT Niaga Utama tidak berorientasi pada ekonomi, melainkan lebih pada bagaimana koperasi berperan secara sosial.
“Maka, produk-produk kami tidak ada yang memberatkan para nasabah atau anggota. Misalnya, bagi yang mau pinjam modal. Si peminjam tidak kami bebani bunga, akan tetapi sistemnya bagi hasil. Karena kami bebasis syariah, maka tidak ada sistem bunga pada lembaga kami,” terangnya lagi.
Berkat mudah dan ringannya sistem simpan-pinjam dalam BMT Niaga Uatama, maka secara tidak langsung, lembaga tersebut sudah berhasil menyingkirkan rentenir-rentenir yang hanya menyusahkan masyarakat. Rentenir yang tidak memberikan solusi itu, perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh orang yang hendak mencari modal.
“Dan akhirnya, orang yang ingin cari modal itu lari ke kami. Jadi secara tidak langsung kami sudah ‘memberantas’ rentenir yang membebani peminjam dengan bunga-bunganya. Kami hadir sebagai solusi,” katanya lagi.
Karena, lanjut Gatot, tujuan yang terkandung di dalam lembaganya adalah bagaimana berusaha untuk menyejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, terutama bagi golongan masyarakat kecil dalam upaya mengentaskan kemiskinan bagi perbaikan ekonomi rakyat.
“Dan tujuan kami hanya satu, sebenarnya, yaitu berkah. Berkah bagi seluruh umat,” ujarnya.
Selain itu, dalam alat kelengkapan organisasi perkoperasiannya, di dalam BMT Niaga Uatama ditemukan adanya Dewan Pengawas. Dewan pengawas itu bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi lembaga tersebut. Tujuan pengendalian dan dan pengawasan ini adalah agar dalam kegiatannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan oleh pengurus di dalam pengelolaannya.
“Dewan Pengawas kami ada lima. Merekalah yang menjadi ‘polisi’ ketika ada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,” ungkapnya.
Risih
BMT Niaga Utama digagas pertama kali pada tahun 2012. Saat itu, sejumlah tokoh, seperti Encep Munawar (Ketua BMT Niaga Utama) dan Jaka Kuntadi (Ketua Pengawas), merasa risih dengan merebaknya rentenir-rentenir bertopeng koperasi.
“Pada waktu itu, sejumlah penggagas akhirnya mewacanakan pembentukan sebuah lembaga ekonomi masyarakat yang bebasis syariah. Maka dibentuklah BMT Niaga Utama sebagai problem solving bagi perekonomian masyarakat,” cerita Gatot.
Setelah merumuskan hal-hal yang perlu ada dalam lembaganya, beberapa penggagas beserta 58 orang melakukan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati, Cirebon, untuk ngalap barokah (mencari berkah). “Selain ziarah, kami juga melukan ‘kunker’ ke BMTNU Kramat yang ada di Tegal. Karena BMT Kramat tersebut sudah bisa menjadi solusi perekonomian di wilayahnya. Bahkan omzet yang didapat hingga saat ini, kabarnya, mencapai 12 miliar.”
Setelah semua itu dilakukan, maka berdirilah BMT Niaga Utama hingga sekarang. Selama dua tahun berdiri, anggota BMT Niaga Utama, hingga saat ini mencapai 3.800 orang dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Telukjambe Timur, Kecamatan Karawang Timur, dan Telukjambe Barat.
“Dan insyallah, Kecamatan Karawang Kulon dan Telagasari akan menyusul,” katanya.
BMT Niaga Utama hingga saat ini belum mempunyai cabang. Satu-satunya kantor dapat ditemui di Perumnas Bumi Telukjambe. Namun, rencanyanya, BMT Niaga Utama hendak membuka cabang lima sampai enam cabang di Karawang.
“Itu (membuka cabang) memang harapan kami. Tapi kami masih memprioritaskan bagaimana kami bias konsisten dalam memberikan pelayanan ekonomi yang islami kepada masyarakat. Supaya jangan hanya shalat saja yang berjamaah, dalam ekonomi pun masyarakat islam harus juga berjamaah. Biar kuat,” pungkasnya. (Gus Muhammad AR)
Posting Komentar