Korban Pembunuhan di Hong Kong Asal Cilacap

Jenazah Minta Dipulangkan

CILACAP, Spirit
Orang tua salah satu korban pembunuhan keji di Hong Kong yang menghebohkan, meminta pemerintah membantu pemulangan jasad anaknya.

Ahmad Kaliman, 58, ayah dari Sumarti Ningsih alias Alice, mendapat kabar tentang nasib malang yang menimpa anaknya pada Senin (3/11) sore.

“Saya ditelepon pada sore hari dari Hongkong. Dia memberitahukan kalau anak saya meninggal. Sumarti Ningsih kabarnya dibunuh dengan cara dimutilasi dan sudah dibungkus," katanya kepada kontributor BBC yang menemuinya di rumahnya Desa Gandrungmangu, Cilacap, Jawa Tengah pada Senin malam.

"Saya disuruh untuk tabah. Mau bagaimana lagi, itu sudah takdir,” katanya termangu.

Betapapun, ia tak menyembunyikan kemarahannya, dan menuntut agar pembunuh anaknya dihukum mati. Namun Hong Kong sudah menghapus hukuman mati sejak tahun 1993.

Ahmad juga meminta supaya jasad anaknya segera dapat dikembalikan dan dikuburkan di Indonesia.
“Saya mohon kepada pemerintah untuk membantu memulangkan anak saya. Soalnya dia masih warga negara Indonesia. Kami meminta supaya pemerintah membantu secepatnya kepulangan jasad anak saya,” ujarnya.

Tiga kali berangkat
Sumarti Ningsih, kelahiran Cilacap, 22 April 1991, ditemukan menjadi mayat di dalam sebuah kopor di sebuah apartemen di Hongkong. Ia tewas bersama seorang warga Indonesia lain yang dikenal sebagai Jesse Lorena, di sebuah apartemen milik seorang banker warga Inggris, Rurik Jutting yang merupakan tersangka pembunuh mereka.

Rurik Jutting sudah mulai diperiksa pengadilan Hong Kong, Senin (3/11) kemarin.

Didampingi isterinya, Suratmi, 49, Ahmad mengungkapkan, Sumarti Ningsih yang di Hong Kong dikenal sebagai Alice, sudah tiga kali berangkat ke Hongkong.

Pertama kali berangkat ke Hongkong pada tahun 2011. Kemudian pulang pada 2013 dan berangkat lagi pada 2013. Setelah itu, pulang tahun 2014, dan baru berangkat sepekan setelah Lebaran tahun 2014.

“Dia berangkat terakhir ke Hongkong seminggu setelah Lebaran, dengan visa turis. Katanya, hanya tiga bulan di Hongkong,”ujarnya.

Kursus disc jockey
Kontak terakhir Sumarti Ningsih dengan Ahmad terjadi pada 15 Oktober lalu.

“Waktu itu, dia telepon menanyakan kabar keluarga. Dia juga mengatakan akan pulang pada 2 November."

"Karena sudah lewat batas (waktu yang disebutkan) tidak pulang, saya kemudian SMS, tetapi tidak sampai. Namun, yang terjadi malah ada kabar soal meninggalnya anak saya,” katanya.

Rurik Jutting asal Inggris tersangka pembunuhan
Mengenai pekerjaan anaknya di Hong Kong, Ahmad mengatakan, “dia memberitahukan kepada keluarga, kalau bekerja di restoran.”

Tapi pada waktu pulang ke Indonesia selama lima bulan pada tahun 2013 lalu, Sumarti Ningsih malah kursus Disc Jockey di Jakarta dan Yogyakarta.

Warga berdatangan ke rumah keluarga Sumarti Ningsih di Cilacap, menyampaikan duka cita. 
Ibu dari Sumarti Ningsih, Suratmi, menambahkan, Sumarti Ningsih merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

“Sumarti Ningsih sudah memiliki anak bernama Muhammad Hafidz Arnovan yang kini berusia 5 tahun. Bapaknya tidak pernah ke sini sejak anaknya lahir," ujar Ahmad Kaliman.

Sekarang Hafidz masih bersekolah di Taman Kanak-kanak.

Selain harus kehilangan Sumarti untuk selamanya, keluarga Kaliman juga telah diuji dengan hilangnya putri sulungnya, Suyani, sejak enam tahun lalu.

Menurut Ahmad, Suyani yang hendak bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, hilang di Stasiun Jakarta Kota dan sampai sekarang tidak ada kabar beritanya.

"Padahal, Suyani punya seorang anak yang saat ini berusia enam tahun," katanya.

Lepas dari berita bahwa Sumarti Ningsih dan Jesse Lorena berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial di Hongkong, pemuka agama setempat, Ngatiman, 55, mengungkapkan bahwa Sumarti Ningsih tidak absen berkurban saat Idul Adha.

“Sejak bekerja di Hongkong tahun 2011 lalu, selama 3 tahun terakhir, dia terus berkurban. Seperti pada Idul Adha 2014, Oktober lalu, dia juga berkurban kambing di desa,”kata Ngatiman.

Rumah keluarga Sumarti Ningsih di Desa Gandrungmangu, CIlacap, tergolong sederhana. Rumah tembok bercat kuning dengan atap seng, yang tak menonjol dibanding rumah warga lainnya.

Setelah kematian Sumarti Ningsih tersebar, warga desa berdatangan melayat ke rumah suami isteri Ahmad Kaliman dan Suratmi, menyampaikan bela sungkawa.(bbc)



Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. POTRET KARAWANG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger