Gagal Konsep & Teknologi
KARAWANG, Spirit
Ambruknya kanopi Gedung Teater Arena (GTA), yang merupakan salah satu gedung Kampung Budaya Gerbang Karawang (KBGK), mendapat sorotan dari Herman Elfauzan, seorang arsitek lulusan Institut Teknik Bandung (ITB). Menurutnya, KBGK adalah proyek yang gagal konsep dan gagal teknologi.
“Untung saja (kanopi) jatuhnya tidak ketika ada acara. Ya itulah yang dibilang terkesan terburu-buru dan asal. Sirkulasi angin dan air hampir tidak tersentuh ilmu arsitektur, terlihat tidak menggunakan jasa arsitek,” katanya kepada Spirit Karawang, Selasa (17/11).
Menurut Herman, ilmu arsitek sangatlah penting untuk mendirikan sebuah bangunan. Apalagi, tambahnya, Kampung Budaya tidak hanya mendirikan satu-dua bangunan, tetapi puluhan.
“Arsitektur itu adalah konsep yang kemudian menjadi karya dengan planning (perencanaan sesuai konsep yang ingin dicapai). Nah, di Kampung Budaya konsep itulah yang masih abu-abu,” katanya.
Dalam dunia arsitektur, kata Herman, setiap elemen harus tersentuh teknik dan estetika. Ia mencontohkan sirkulasi udara. Jika sirkulasi udara dipola dengan teknik dan estetika yang tepat, maka bangunan-bangunan yang ada di Kampung Budaya akan terlihat sejuk juga indah.
“Sebuah bangunan yang baik dan indah yaitu bangunan yang memiliki menara air, klesatori, dan beberapa jendela yang tepat penempatannya. Jadi angin (vloid) tidak terperangkap di dalam bangunan. Nah itu yang saya tidak lihat di Kampung Budaya,” katanya.
Oleh karenanya Herman mengira kalau pengerjaan proyek KBGK tidak dilakukan oleh ahli, yang dalam hal ini adalah arsitek. Menurut Herman, baik dari segi konsep, site plan, konstruksi, estetika, dan budaya, sama sekali tidak tersentuh oleh “tangan” yang ahli.
“Terkesan asal dan terburu-buru, sehingga tidak melibatkan ahli. Bahkan, kalau ingin presisi lagi, arah bangunan pun harus dipertimbangkan dengan matahari langsung atau matahari dengan pantulan. Kita kan tropis. Ada panas menyengat dan ada hujan. Itu juga harus diperhatikan,” katanya lagi.
Kalau memang menggunakan jasa arsitek, Herman menjelaskan, dalam proses desain, yang terjadi adalah sebuah tarik-menarik antara berbagai faktor dalam proses merancang tersebut, antara lain faktor ekonomi, sosial, budaya setempat, serta keinginan dan ide arsitek tersebut.
“Dalam proses desain yang kita lakukan bersama arsitek, hal-hal tersebut perlu diperhatikan dengan seksama. Bila keinginan kita terlalu mendominasi, akibatnya desain arsitek mungkin tidak kreatif dan jasa arsitek tersebut kurang efisien karena tertekan dengan keinginan kita,” ujarnya.
Bila arsitek terlalu mendominasi, lanjut Herman, hasil desain mungkin hanya sebagai eksperimen arsitek yang ambisius dan tidak sesuai dengan lingkungan. Faktor-faktor lain seperti ekonomi (budget), keadaan lingkungan dan budaya dalam lingkungan setempat juga patut untuk diperhatikan.
Seperti yang diketahui, pada Sabtu petang (15/11), Gedung Teater Arena (GTA), salah satu bangunan di KBGK, mengalami kerusakan akibat diguyur hujan deras. Banyak yang mengira amruknya kanopi tersebut akibat dari konstruksi yang buruk. (muh)
Posting Komentar