Doni Terpaksa Dirantai
BANYUSARI, Spirit
Diduga lantaran istrinya berselingkuh dan kabur bersama lelaki lain, Doni (25) warga Dusun Bojong Hilir, Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Karawang, terpaksa dipasung dengan cara dirantai. Ia mengalami depresi, kerap ngamuk,dan memakan apa saja yang ada didekatnya.
Doni, Pria berusia 25 tahun tersebut, hidup sebatang kara dan kini diurus paman dan bibinya. “Kami merantai kakinya kurang lebih dua bulan,” ujar Acim, paman Doni kepada Spirit Karawang, Senin (3/11).
Doni ditempatkan di halaman rumah milik Acim yang berada di Dusun Bojong Hilir, Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Karawang. Halaman itu kemudian diberi pagar pagar kayu untuk mencegah Doni bepergian atau kabur.
“Walaupun kedua kakinya dirantai, Doni sering keluar rumah kalau pintu rumah tidak dikunci oleh kami, bahkan dalam keadaan dirantai pun, Doni sering mengamuk terlebih kalau ia mengingat istri dan anaknya,” ungkap Acim.
Keluarga terpaksa memasung kedua kakinya lantaran sikap Doni yang kerap mengamuk tanpa sebab. Bahkan, Doni sering kedapatan memakan benda apa saja yang terlihat di sekitarnya.
Rupanya, saat mengamuk, Doni juga kerap memukul apa saja yang berada didekatnya, termasuk memecahkan alat rumah tangga. Akibat perilakunya membuat ketenangan keluarga beserta warga sekitar terusik.
Menurut Acim, dirinya tidak mengetahui persis awal depresi keponakannya itu lantaran Doni sempat merantau di Lampung. Namun, kabar yang diterima Acim, Doni stress lantaran istrinya yang warga Lampung, diduga berselingkuh. Bahkan istrinya kerap meminta cerai dan akhirnya kabur sambil membawa anaknya yang masih balita.
“Dari situlah dia sering ngamuk, sehingga saya dan istri memutuskan untuk memasung Doni di belakang rumah. Kalau tidak, khawatir dia akan berulah dan bertindak yang tidak-tidak. Kami juga takut Doni mengganggu tetangga,” kata Acim.
Dijelaskannya Acim, sebenarnya keponakannya memiliki berkepribadian santun. Akan tetapi belakangan kerap mabuk-mabukan, diduga lantaran stress memikirkan istri dan anaknya di Lampung.
“Katanya semenjak sering cek-cok sama istrinya yang terus menerus meminta cerai, Doni sering keluar malam untuk mabuk. Keluarga dari pihak istrinya juga memaksa Doni untuk cerai. Alasannya keponakan saya tidak sanggup mencukupi kebutuhan keluarganya,” jelas Acim.
Doni sendiri sudah sering dibawa berobat dengan cara tradisional. Kini karena keterbatasan ekonomi, Acim dan istrinya, hanya mampu mengobatinya di Puskesmas terdekat. Doni hanya diberi obat penenang agar tidak terus-terusan mengamuk.
“Untuk berobat ke rumah sakit, kami tidak puya biaya,” ujar Acim.
Oleh karenanya, Acim berharap ada bantuan dari pemerintah daerah untuk mengobati keponakannya ke rumah sakit. Ia ingin membawanya agar bisa ditangani dokter atau psikolog untuk mengembalikan menyembuhkan jiwa Doni yang kini terganggu itu. (gus)
Posting Komentar