Bangunan di Kampung Budaya Terkesan Rapuh

Kanopi Teater pun Ambruk


KARAWANG, Spirit
Bangunan-bangunan di Kampung Budaya terkesan rapuh dan tidak kokoh. Hal itu terindikasi dari beberapa bangunan di “perkampungan buatan” itu yang sudah rusak meski belum ada sebulan tempat itu diresmikan. 

Contoh terbaru adalah ambruknya kanopi bagian depan yang ada di Gedung Teater Arena pada hari Sabtu (15/11). Kanopi yang sedianya untuk menghalangi cahaya matahari itu ambrol ketika ada hujan lebat yang mengguyur Kampung Budaya pada Sabtu petang.

“Kok sudah pada rusak ya? Padahal baru diresmikan kemarin,” heran Mia, salah satu pengunjung kepada Spirit Karawang, Minggu (16/11).

Mia yang pada waktu itu menghadiri seminar pendidikan yang digelar di Gedung Teater Arena pun merasa kecewa. Pasalnya, ia merasa tidak nyaman sama sekali dengan kondisi gedung yang lembab dan kumuh.

“Itu ada yang ambrol (menunjuk ke Gedung Teater Arena). Airnya juga menggenang di mana-mana. (gedung) Ini buat menggelar even kan, Mas. Kok begini ya?” keluhnya.

Senada dengan Mia, Hendri Pramono, seniman teater pun mengeluhkan arsitektur yang dipakai untuk membangun Gedung Teater Arena. Menurutnya, bagian atas gedung yang bolong, dapat mempermudah air masuk dan akhirnya menggenang di dalam gedung.

“Kalau saran saya, bagian yang bolong itu ditutup saja. Selain untuk mengantisipasi air hujan, jika bagian itu ditutup, gedung ini juga akan kedap suara,” saran lelaki lulusan S1 Teater di Institut Seni Indonesia (ISI)Yogyakarta itu.

Ia juga menyarankan, alangkah baiknya jika sanitasi,  lampu segera disediakan di Gedung Teater Arena. Pasalnya, sampai saat ini  teater arena masih gelap gulita pada malam hari.
“Efek dari itu kan akhirnya gedung ini tidak bisa dipakai untuk malam hari,” katanya.

Tidak ada koordinasi

ementara itu, A. Satibi, Kepala Bidang (Kabid) Kepariwisataan Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Karawang enggan berkomentar banyak terkait hal itu. Pasalnya, menurut Satibi, ia tidak pernah diajak diskusi oleh pihak-pihak tertentu terkait pembangunan di Kampung Budaya.
“Padahal saya Kabid Kepariwisataan. Saya juga menandatangani beberapa keputusan. Tapi saya tidak pernah diajak diskusi oleh Kadis (Kepala Dinas –Dadan Sugardan, red), Pak Munip (Ketua Pelaksana Kampung Budaya, red), dan Asep Jamal (pihak ketiga, red),” katanya kepada Spirit Karawang, Minggu (16/11).

Hal itu, tambah Satibi, cukup mengherankan. Pasalnya, ia selaku Kabid Kepariwisataan  punya otoritas dan hak suara dalam pelaksanaan pembangunan di Kampung Budaya.

“Tapi sampai saat ini kesannya cuma berjalan sendiri-sendiri saja. Contohnya kemarin. Saya kan tadinya mau ada yang dibicarakan di warung itu (warung yang ada di Kampung Budaya) dengan Pak Munip, eh, tiba-tiba saya ditinggal oleh dia. Dia malah ngobrol-ngobrol sama Asep Jamal,” ceritanya.
Satibi pun berpikiran kalau orang-orang dinas hanya main-main saja ketika berada di Kampung Budaya. Mereka, menurut Satibi, hanya datang, melihat dan duduk. Tidak ada pembahasan penting yang menjadi konklusi nyata.

Sebagai informasi, bangunan di Kampung Budaya yang rusak tidak hanya terjadi sekali. Pada bulan April 2014 lalu, Gedung Serba Guna (GSG) yang merupakan salah satu bangunan di Kampung Budaya pun pernah ambruk bagian atapnya. Kontan hal ini menimbulkan banyak pertanyaan. (muh)


Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. POTRET KARAWANG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger