Sekat Bendung Cibuha Supaya Dibongkar

Banjir di Kosambi Selalu Lama

KARAWANG, Spirit
Bencana banjir yang kerap melanda daerah Kecamatan Cilebar, terutama di Desa Kosambi Batu,  dan sekitarnya dengan waktu yang cukup lama, salah satunya disebabkan oleh adanya sekatan Bendungan Cibuha. Bendungan yang terletak di Sungai Ciwadas tersebut merupakan bendungan yang dibangun saat pengoperasian Tambak Inti Rakyat (TIR) saat zaman pemerintahan Orde Baru.

Bendungan di bawah jembatan yang memisahkan Desa Kosambi Batu dan desa Pusaka Negara, pada awalnya memang sudah sering tidak mampu menampung aliran air. Sebagai muara Sungai Ciwadas, bendungan tersebut seing membuat lima sampai tujuh desa di sekitar Kosambi Batu selalu mendapat jatah kebanjiran.

“Bendungan dan kali Ciwadas ini, memang sudah dari dulu sering banjir. Masyarakat di sini sudah terbiasa mengalami kebanjiran terutama bulan Januari dan Februari,” ungkap Ketua RT 8 Cibuha, Dasam Rojib (43), yang dihubungi Sabtu (11/10).

Dia menjelaskan, keberadaan pembangunan bendungan dengan penyekat permanen dimaksudkan untuk memberikan aliran air ke tambak-tambak yang ada di sekitar Cibuha dan Pusaka Negara. Penyekat tersebut difungsikan agar air tidak langsung mengalir menuju laut. “Sekatan itu sekarang justru menjadi biang bencana. Soalnya, banjir menjadi semakin lama merendam desa,” ungkapnya.

Disamping itu, Dasam mengatakan,  kondisi pintu air bendungan pun sudah tidak berfungsi. Kondisinya yang sudah berkarat, menyebabkan rel dan tuas tidak bisa digerakkan secara normal. Belum lagi banyak tumbuhan enceng gondok juga mengakibatkan adanya sedimentasi dan pendangkalan bendungan.

“Kita butuh pembongkaran sekatan yang ada di bendungan, perbaikan pintu air dan pembersihan sedimentasi,” kata Dasam. 

Diceritakan Dasam, sebelum bendungan dibangun sekatan, kondisi banjir di Cibuha hanya berlangsung beberapa hari saja. Namun setelah dilakukan pembangunan sekatan, tiap tahun banjir terjadi sampai hampir sebulan. Kondisi tersebut menjadikan  derita bagi masyarakat Cibuha, Kosambi batu, Pusakanegara dan beberapa desa lain.

“Dulu kalau banjir paling lama seminggu. Sekarang, karena arusnya tidak lancar karena sekatan, banjir  bisa sampai sebulan. Sekarang kan di TIR sudah tidak terlalu membutuhkan air, karena pasokannya sudah banyak. Jadi saya minta segera dibongkar saja,” katanya.

Di Cibuha Kosambi Batu, paparnya, terdiri dari RT 8 dan 9 dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 220. Setiap kali banjir berkepanjangan melanda desa, hanya ada satu lokasi yang bisa dipergunakan untuk pengungsian. Itupun, tambahnya, arealnya hanya sepanjang 80 meter dengan lebar 4 meter. 

“Kami mengungsi hanya di sini. Karena ini hanya satu-satunya kondisi tanah yang lumayan cukup tinggi dis\banding yang lain,” pungkasnya sambil menunjuk jembatan diatas bendungan yang biasanya dipergunakan sebagai tempat pengungsian.

Pernyataan serupa disampaikan Kepala Dusun Ciguha Karya (32), banjir yang biasa  melanda pada musim penghujan bukan hanya merendam sejumlah pemukiman tetapi juga rtusa hektare sawah. Masyarakat pun mengalami kerugian cukup besar. “Ekonomi masyarakat pun lumpuh, akibat sawah terendam,” kata Karya.(top/yan) 
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. POTRET KARAWANG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger