Berupaya Melestarikan Iket
BUSANA maupun pakaian bisa dikategorikan dalam prodak budaya di suatu daerah. Begitupun dengan DAREAH Sunda. Hegemoni Sunda yang mengakar kuat di daerah Jawa Barat, membentuk kebudayaan berbusana yang sudah sejak lama menjadi ciri khas masyarakat parahyangan. Salah satu ciri berbusana urang (orang) Sunda adalah iket.
Di Kabupaten Karawang, iket mulai “diremajakan”, karena tidak dapat dipungkiri, maraknya busana-busana impor yang lebih modern, membuat iket menjadi lebih “tua” dan dianggap kuno. Adalah Komunitas Iket Sunda Area Karawang (KIS Akar) Karawang yang ingin mengembalikan lagi iket pada posisi yang terhormat di mata orang Jawa Barat.
“Kami merasa banyak ocehan miring yang justru itu datang dari orang Sunda sendiri. Ini kan miris. Masa orang Sunda menertawakan sendiri budayanya?” tutur Agus Sutisna, Wakil Ketua KIS Akar kepada Spirit Karawang, Juamt (10/10).
Terbentuk pada 6 Oktober 2013, KIS Akara terlahir dari obrolan ringan di media sosial Facebook. Ada sekumpulan orang di Facebook yang ingin merintis sebuah komunitas yang mengedepankan budaya lokal, terutama iket.
“Maka sejak saat itu, kami membuat grup di Facebook dengan akun Komunitas Iket Sunda (KIS). Dan alhamdulillah, member-nya (anggota, red) juga cukup banyak,” kata Agus kemudian.
Dari dunia maya KIS Akar merambah ke dunia nyata. KIS Akar pun akhirnya mempunyai kantor sekretariat di Saung Bureum, Rengasdengklok. Anggota yang tercatat secara administrasi berjumlah lebih dari seratus orang. KIS Akara rutin mengadakan temu darat alias silaturahmi dua kali dalam sebulan.
Dalam upaya mengenalkan kembali iket pada masyarakat, KIS Akara sering melakukan sosialisasi. Sosialisasi-sosialisasi tersebut digelar di berabagai lembaga dan di banyak kesempatan.
“Kami sering mengikuti bazaar yang dihelat Pemda, Unsika, dan Disbudpar. Agenda ke depannya pun, kami akan masuk ke sekolah-sekolah guna memperkenalkan iket,” kata Agus lagi.
Agus pun berharap masyarakat tidak lagi malu untuk memakai busana Sunda, dalam hal ini iket, karena jika bukan orang Sunda, siapa lagi yang akan melestarikan budaya lokal yang sudah diwariskan oleh nenek moyang urang Sunda ini.
Milangkala
Dan pada hari Sabtu (11/10), KIS Akar akan merayakan hari jadi pertamanya. Dalam rangka milangkala (ulang tahun)-nya tersebut, KIS Akar berencana menampilkan Pagelaran Budaya Sunda dan Bazar yang bertajuk “Sunda Mangkalang”.
Menurut Agus Sutisna, Ketua Panitia Sunda Mangkalang, kegiatan itu sebagai media transformasi dan edukasi dalam mengenalkan kearifan budaya Sunda pada masyarakat Karawang. “Selain fungsi utamanya sebagai edukasi, acara ini juga menjadi ajang kampaye yang mendukung visi awal kita yang ingin melestarikan kearifan budaya Sunda sekaligus memperkenalkan keberadaan KIS Akar.”
Acara yang diprediksi bakal meriah tersebut, rencananya diselenggarakan di Saung Beureum, Aman Sari, Rengasdengklok. Dalam acara ini ditampilkan beberapa kesenian Sunda, seperti debus, jaipongan, pencak silat, pop Sunda, rampak karinding.
“Serta topeng banjet. Pokoknya mah insyaallah acaranya semarak,” ujar Agus.
Dalam milangkala tersebut, akan hadir sejumlah pejabat, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, bahakn tokoh nasional, seperti Oni Suwarman, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Komisi III. Serta Wakil Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana akan turut serta menghadiri acara tersebut.
"Bahkan, rencananya, Ibu Wakil Bupati akan meresmikan Rabo Nyunda di acara kami," pungkas Agus.
Sementara itu, Herman Elfauzan, Pembina KIS Akar sekaligus pemilik Saung Beureum, mendukung penuh milangkala tersebut. Pasalnya, menurut Herman, kegiatan itu merupakan salah satu upaya dalam melestarikan kesenian tradisional yang hampir punah.
“Di Jawa Barat saja ada 40 jenis kesenian tradisional yang hampir punah. Anak muda sekarang sudah melupakan budayanya sendiri dan malah bangga dengan budaya asing. Dan mudah-mudahan saja, dengan diadakannya acara ini, bisa mengembalikan kecintaan masyarakat Karawang terhadap budayanya sendiri,” ujarnya.(Gus Muhammad AR/Spirit Karawang)
BUSANA maupun pakaian bisa dikategorikan dalam prodak budaya di suatu daerah. Begitupun dengan DAREAH Sunda. Hegemoni Sunda yang mengakar kuat di daerah Jawa Barat, membentuk kebudayaan berbusana yang sudah sejak lama menjadi ciri khas masyarakat parahyangan. Salah satu ciri berbusana urang (orang) Sunda adalah iket.
Di Kabupaten Karawang, iket mulai “diremajakan”, karena tidak dapat dipungkiri, maraknya busana-busana impor yang lebih modern, membuat iket menjadi lebih “tua” dan dianggap kuno. Adalah Komunitas Iket Sunda Area Karawang (KIS Akar) Karawang yang ingin mengembalikan lagi iket pada posisi yang terhormat di mata orang Jawa Barat.
“Kami merasa banyak ocehan miring yang justru itu datang dari orang Sunda sendiri. Ini kan miris. Masa orang Sunda menertawakan sendiri budayanya?” tutur Agus Sutisna, Wakil Ketua KIS Akar kepada Spirit Karawang, Juamt (10/10).
Terbentuk pada 6 Oktober 2013, KIS Akara terlahir dari obrolan ringan di media sosial Facebook. Ada sekumpulan orang di Facebook yang ingin merintis sebuah komunitas yang mengedepankan budaya lokal, terutama iket.
“Maka sejak saat itu, kami membuat grup di Facebook dengan akun Komunitas Iket Sunda (KIS). Dan alhamdulillah, member-nya (anggota, red) juga cukup banyak,” kata Agus kemudian.
Dari dunia maya KIS Akar merambah ke dunia nyata. KIS Akar pun akhirnya mempunyai kantor sekretariat di Saung Bureum, Rengasdengklok. Anggota yang tercatat secara administrasi berjumlah lebih dari seratus orang. KIS Akara rutin mengadakan temu darat alias silaturahmi dua kali dalam sebulan.
Dalam upaya mengenalkan kembali iket pada masyarakat, KIS Akara sering melakukan sosialisasi. Sosialisasi-sosialisasi tersebut digelar di berabagai lembaga dan di banyak kesempatan.
“Kami sering mengikuti bazaar yang dihelat Pemda, Unsika, dan Disbudpar. Agenda ke depannya pun, kami akan masuk ke sekolah-sekolah guna memperkenalkan iket,” kata Agus lagi.
Agus pun berharap masyarakat tidak lagi malu untuk memakai busana Sunda, dalam hal ini iket, karena jika bukan orang Sunda, siapa lagi yang akan melestarikan budaya lokal yang sudah diwariskan oleh nenek moyang urang Sunda ini.
Milangkala
Dan pada hari Sabtu (11/10), KIS Akar akan merayakan hari jadi pertamanya. Dalam rangka milangkala (ulang tahun)-nya tersebut, KIS Akar berencana menampilkan Pagelaran Budaya Sunda dan Bazar yang bertajuk “Sunda Mangkalang”.
Menurut Agus Sutisna, Ketua Panitia Sunda Mangkalang, kegiatan itu sebagai media transformasi dan edukasi dalam mengenalkan kearifan budaya Sunda pada masyarakat Karawang. “Selain fungsi utamanya sebagai edukasi, acara ini juga menjadi ajang kampaye yang mendukung visi awal kita yang ingin melestarikan kearifan budaya Sunda sekaligus memperkenalkan keberadaan KIS Akar.”
Acara yang diprediksi bakal meriah tersebut, rencananya diselenggarakan di Saung Beureum, Aman Sari, Rengasdengklok. Dalam acara ini ditampilkan beberapa kesenian Sunda, seperti debus, jaipongan, pencak silat, pop Sunda, rampak karinding.
“Serta topeng banjet. Pokoknya mah insyaallah acaranya semarak,” ujar Agus.
Dalam milangkala tersebut, akan hadir sejumlah pejabat, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, bahakn tokoh nasional, seperti Oni Suwarman, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Komisi III. Serta Wakil Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana akan turut serta menghadiri acara tersebut.
"Bahkan, rencananya, Ibu Wakil Bupati akan meresmikan Rabo Nyunda di acara kami," pungkas Agus.
Sementara itu, Herman Elfauzan, Pembina KIS Akar sekaligus pemilik Saung Beureum, mendukung penuh milangkala tersebut. Pasalnya, menurut Herman, kegiatan itu merupakan salah satu upaya dalam melestarikan kesenian tradisional yang hampir punah.
“Di Jawa Barat saja ada 40 jenis kesenian tradisional yang hampir punah. Anak muda sekarang sudah melupakan budayanya sendiri dan malah bangga dengan budaya asing. Dan mudah-mudahan saja, dengan diadakannya acara ini, bisa mengembalikan kecintaan masyarakat Karawang terhadap budayanya sendiri,” ujarnya.(Gus Muhammad AR/Spirit Karawang)
Posting Komentar