KARAWANG, Spirit
Beberapa nama yang belakangan disebut akan ikut mencalonkan diri di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Karawang 2015 mendapat respons dan tanggapan dari tokoh masyarakat. Salah satuanya dari mantan Ketua KPU Kabupaten Karawang, Emay Ahmad Maehi, yang mencoba memberikan uraian berbagai tantangan sekaligus harapan secara kualitatif terhadap kepemimpinan Karawang masa depan.
“Dinamika politik menjelang Pilkada Karawang, saat ini boleh dikatakan masih linear. Namun, dengan telah banyaknya figur yang disebut-sebut akan ikut bertarung, tentu figur tersebut harus bisa mengukur statemen yang dilontarkan berimplikasi apa,” katanya.
Menurut dia, jargon politik memang perlu sebagai bagian untuk mengukur sejauh mana kelompok masyarakat dan insan politik memberikan respons. Bagi dia, hal itu menjadi kewajaran. Di samping sebagai bagian publisitas, tetapi tentunya juga referensi menjaring kekuatan yang cukup signifikan.
“Secara normatif, undang-undang telah jelas. Dari aturan usia, pembatasan umur secara substansi memberikan sinyal kondisi psikologis sesorang terkait kematangan dan produktivitas. Juga tentang kemampuan terhadap konsep-konsep keagamaan yang pluralis di negeri ini, melalui persyaratan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,” ujar Penasehat Oi DPK Karawang tersebut.
Satu hal lagi yang penting, menurut Emay, adanya kemampuan melakukan akselerasi nilai-nilai kebangsan, persatuan dan nasionalisme. Oleh karenanya, ada persyaratan calon tidak pernah terlibat dalam organisasi negara yang menolak ideologi Pancasila. Jadi, dalam penilaiannya, tidak ada prasyarat-prasyarat khusus bagi calon yang menyatakan primodialistik.
“Ini adalah cara kita berkehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dipertahankan,” kata dia.
Emay juga mengungkapkan, dalam konteks Karawang, ukuran kepemimpinan ke depan harus lebih luas secara kulitatif dan ideologis. Misalnya kehadiran modernisasi industri di Karawang, harus diimbangi dengan kualitas produksitivitas pertanian pangan sebagai ciri khasnya. “Dua hal ini menjadi pikiran yang sangat dibutuhkan oleh pemimpin Karawang ke depan,” sambung dia.
Bagi dia, konsensus yang harus dikembang bagi Karawang ke depan adalah mempunyai kemajuan berpikir yang sensitif dengan realitas sosio kulturalnya. Jadi, dibutuhkan pemimpin yang mempunyai pemikiran maju, teruji, dan secara manajerial pernah memimpin organisasi sioal kemasyarakatan dan politik.
“Konsensus pemimpin Karawang ke depan adalah yang mempunyai sensitivitas kebudayaan Karawang, sehingga mampu mempertahankan kultur budaya lokal dengan mengakomodasi serta menyatukan konstruksi kebudayaan dari berbagai daerah sehingga berimplikasi positif bagi Karawang,” ujar alumnus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Potret Karawang sebagai Kabupaten yang cukup berpotensi, menurut Emai harus mampu menampilkan wajah yang dirancang berdasarkan kolaborasi modernitas dan keteguhan menjaga tradisi kebudayaan sebagai kebanggaan masyarakat Karawang.
Terkait dengan nama-nama yang sudah santer disebut, Emay meminta untuk lebih bersabar menunggu keputisan sistem pemilihan yang sampai saat ini berjalan. Namun, pihaknya tak mengelak, ketika nama-nama calon disodorkan untuk diberikan penilaian.
“Kalau menyebut nama, Bu Cellica, Kang Daday, Kang Jimmy, H. Enan adalah tokoh-tokoh politik yang sudah sama-sama menginvestasikan dirinya untuk kemajuan Karawang. H. Marzuki juga sama, telah berkenan memimpin organisasi PCNU Karawang, yang bersentuhan langsung kepada basis ummat berideologi Sunni, sebagai kebanggan ideologi umat Islam Karawang,” ujarnya.
Sekretaris DPC Demokrat
Sementara itu, Sekretaris DPC Partai Demokrat, Nana Kusdiyana yang sempat memberikan pernyatan terkait kriteria pemimpin Karawang ke depan, menyepakati dengan pernyataan Wakil Bupati Cellica Nurrachadiana. Pihaknya menegaskan, harapan wabup agar masyarakat Karawang dalam 10-30 tahun ke depan menjadi pemimpin Karawang tentu sangat baik.
“Jadi sangat wajar dalam suatu komunitas, wabup mengatakan agar ke depan Karawang dipimpin oleh orang Karawang. Jadi pernyataan saat wisuda di Unsika tersebut, merupakan bentuk kedewasaan Wabup, bentuk support dan motivasi kepada mahasiswa agar mempersiapkan diri menjadi pemimpin di Karawang di masa depan,” ujarnya.
Dijelaskan Nana, pihaknya tak pernah menyatakan blunder atas pernyataan wabup tersebut. Justru, dirinya menekankan dukungan atas pernyataan tersebut, karena memberikan ruang bagi semua masyarakat. “Siapa tahu, di antara mahasiswa dan wisudawan termasuk kalian semua ada yang menjadi pemimpin Karawang di masa depan,” katanya.
Dirinya mengharapkan, pernyataannya ini bisa memberikan pemahaman yang konstruktif, yang tidak membuka ruang munculnya persoalan personal. (top)







+ komentar + 1 komentar
Ketidak dewasaan atuh kang nana ari kitumah.....
Posting Komentar