KARAWANG, Spirit
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) dianggap sukses telah mewisuda lulusannya sebanyak 1.274 orang di Aula Unsika Kecamatan Telukjambe Timur, 11-12 Oktober 2014. Namun, meski acara tersebut menelan anggaran sebesar Rp 1,33 miliar yang dibebankan ke tiap mahasiswanya sebesar Rp 1,050 juta per orang, rektorat mengaku jika mengalami defisit dana sebesar Rp 46 juta.
“Meski anggaran besar ternyata pengeluarannya besar juga,” ujar Rektor Unsika, Dadang Danugiri, M.Pd. kepada Spirit Karawang.
Diakui Dadang, pengeluaran besar yang dialami panitia di luar dugaan panitia wisuda, bahkan sebelum dikoreksi diduga defisit anggaran mencapai Rp 300 juta lebih. Dadang menduga besarnya pengeluaran yang di luar estimasi panitia wisuda karena kegiatan tersebut dilakukan selama dua hari dengan empat sesi.
“Dengan menelan waktu selama dua hari dan tiap harinya dua sesi menyebabkan anggaran membengkak,” ujar Dadang.
Dikatakan Dadang, membengkaknya defisit anggaran karena keteledoran panitia yang tidak cermat dalam menentukan pos-pos anggaran pengeluaran, sehingga menyebabkan anggaran wisuda jebol dan menjadi beban pikirannya untuk mencari solusi menutupi defisit anggaran tersebut.
“Satu caranya mungkin sementara akan menggunakan dana Dies Natalis Kampus sebesar Rp 50 juta,” ungkap Dadang.
Sebelumnya, calon wisudawan Unsika sempat berdemo terkait pelaksanaan acara wisuda. Demo tersebut dipicu karena panitia wisuda akan menggunakan halaman gedung Charless Bussines yang berlokasi di jalan Raya Baru Boulevard no 22 Karawang. Para calon wisudawan menolaknya karena halaman gedung tersebut dianggap tidak representatif dengan biaya yang sudah dikeluarkan oleh mereka.
“Iya dong kita sudah bayar cukup besar biaya wisuda, masa menggunakan tempat seperti itu,” ujar alumni berinisial DN, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Unsika yang di wisuda Minggu, (12/10) lalu.
Dijelaskan DN, penolakan calon wisudawan hampir saja mengakibatkan gagalnya prosesi wisuda seandainya tidak ditemukan solusi penyelenggaraan wisuda tidak dilaksanakan di Gedung Aula Utama Unsika. Mereka sudah membentangkan spanduk penolakan pelaksanaan wisuda di kampus Unsika.
Saat disinggung adanya defisit anggaran wisuda sebesar Rp 46 juta, dinilai DN sebagai suatu yang mengada-ngada. Dengan anggaran sebesar Rp 1,33 miliar dan pelaksanaannya di gedung kampus sendiri seharusnya panitia mengalami surplus bukan defisit.
“Kita kan pakai gedung sendiri tidak sewa, masa anggaran jadi defisit,” kata DN. (tif)
Posting Komentar