KARAWANG, Spirit
Guna meningkatkan kualitas pemahaman dan supaya tidak gagap kurikulum 2013 (kurtilas), 32 guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nihayatul Amal Rawamerta diikutsertakan dalam workshop Bimbingan dan Teknis (Bintek) kurtilas di ruang kerja guru MI Nihayatul Amal Rawamerta selama dua hari, 22-23 Oktober 2014. Kegiatan workshop tersebut dihadiri oleh Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kemenag Kabupaten Karawang, H. Sopian, M.Si.
Dalam sambutannya, H. Sopian mengatakan, dia sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas diselenggarakannya kegiatan workshop tanpa adanya bantuan dana dari pemkab Karawang maupun dari Kemenag karawang, tetapi dengan menggunakan dana swadaya sekolah. Hal itu menunjukkan jika MI Nihayatul Amal concern dengan inovasi pendidikan dan pemberdayaan guru-gurunya.
“Tujuan diadakannya kurtilas berangkat dari keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan,” ucapnya.
Dikatakan H. Sopian, keberadaan kurtilas bagi madrasah bukan suatu hal yang asing. Pasalnya, kurtilas dianggapnya sebagai kurikulum yang sangat Islami karena menitikberatkan terhadap karakter yang dalam bahasa Islaminya ialah akhlakul karimah. Madrasah sejak tingkat Raudhatul Athfal (RA) telah menerapkan pendidikan berbasis karakter berdasarkan metode Quran dan Hadits.
“Ini sesuai dengan hadits Nabi saw, yakni yang berbunyi aku diutus untuk menyempurnakan akhlak,” imbuhnya.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan, kata dia, sudah diakui oleh masyarakat luas yang mengajarkan pendidikan karakter sejak dini, baik secara teori dan praktek. Dia pun mencontohkan pembelajaran di madrasah yang sangat diwarnai dengan pendidikan karakter, diantaranya siswa diajarkan makan dengan menggunakan tangan kanan, masuk dan keluar dari kelas mengucapkan salam, dididik menghormati orang tua dan guru dengan cara mencium tangannya dan menghargai sesama teman dan orang lain dengan tidak mengejeknya.
“Sehingga jarang sekali, bahkan tidak ditemukan kasus tawuran antarpelajar di madrasah,” tegasnya.
H. Sopian pun berharap dengan diselenggarakannya kegiatan workshop tersebut, semakin memahamkan guru madrasah terkait kurtilas, sehingga bisa menerapkan kurtilas tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dan pada akhirnya bisa menghasilkan out put yang berkualitas, baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sementara itu, instruktur kurtilas dalam kegiatan workshop tersebut, Endang Sudayat, M.Si. menjelaskan, dalam workshop itu para peserta akan diberi berbagai materi terkait kurtilas, diantaranya perubahan-perubahan kurikulum, teknik pembuatan rencana pelaksanaan pembelejaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan saintifik dan penilaian autentik.
Menurut Endang, guru madrasah perlu mengetahui dan memahami kurtilas, karena kurtilas tersebut sudah diwajibkan oleh pemerintah agar diterapkan di tiap satuan pendidikan mulai tahun pelajaran 2014/2015.
“Guru madrasah perlu mengikuti trend perubahan tiap kurikulum termasuk kurtilas ini,” imbunya.
Di tempat yang sama, Kepala MI Nihayatul Amal Rawamerta, Awwaludin Subhan mengatakan, diselenggarakannya workshop tersebut karena sudah merupakan keharusan yang diinstruksikan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk diterapkannya kurtilas yang bertujuan memajukan pendidikan. Seyogyanya, kegiatan workshop tersebut dilaksanakan selama empat hari, tetapi berhubung kegiatan belajar mengajar masih aktif, maka workshop tersebut dipungkas menjadi dua hari.
“Karena murid harus aktif belajar, maka kegiatannya dipadatkan selama dua hari,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, meski pelaksanannya dipadatkan menjadi dua hari, dia berharap para peserta mampu menyimak dan menangkap semua materi yang disampaikan tutor, sehingga pada akhirnya mampu mengaplikasikan kurtilas dalam kegiatan belajar mengajar di madrasahnya. (tif).
Posting Komentar