KARAWANG, Spirit
Mulutmu, harimaumu. Sekiranya adagium itu yang kurang dimengerti oleh salah satu anggota DPRD Karawang, Jimmy Ahmad Zamakhsyari. Legislator itu pada Kamis (25/9) kemarin melontarkan komentar yang cukup kontroversial terkait kebijakan baru yang mewajibkan para pegawai negeri sipil mengenakan pakaian adat Sunda.
Menurutnya, pemerintah Karawang tidak kreatif dan hanya ikut-ikutan Kabupaten Purwakarta yang notabenenya sudah menerapkan hal serupa. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa Karawang tidak cocok kalau hanya menerapkan budaya Sunda. Pasalnya, ia beralibi, demografi penduduk Karawang sangatlah heterogen.
Kontan hal itu menuai kecaman dari masyarakat Karawang, khususnya pemerhati budaya dan kesenian Karawang. Banyak yang akhirnya mempertanyakan kapasitas dan kompabilitas seorang Jimmy yang kabarnya mau menyalonkan diri menjadi bupati itu.
Seorang budayawan Karawang, Herman Elfauzan menyanyangkan kata-kata yang dilontarkan legislator tersebut. Apalagi, menurutnya, anggota dewan dari partai PKB tersebut belum terlihat kerja nyatanya untuk rakyat Karawang.
“Kerja saja belum, sudah berani menyampaikan kritik penolakan terhadap sesuatu yang tidak patut dikritik dengan sentimen pribadi. Ingat, anggota dewan bukan dewa yang selalu benar,” katanya.
Kata dia, pernyataan yang dilontarkan oleh Jimmy tidak hanya melukai pemerintah, tetapi juga melukai hati masyarakat Karawang secara masif. Seharusnya, menurut Herman, seorang pemimpin janganlah punya pemikiran yang etnosenrisme. Sentimentil terhadap kesukuan.
“Dengan salam hormat kepada dewan perwakilan rakyat yang juga terhormat, saya ingin menyampaikan bahwa kalau melihat budaya, jangan melihat keberagaman penduduk. Jakarta saja yang lebih beragam dari Karawang mau mengeksiskan lagi Betawi-nya. Nah, sekarang kita mau acuh tak acuh saja dengan budaya kita,” ucapnya.
Tidak hanya Herman Elfauzan, Nace Permana pun mengecam pernyataan Jimmy. Bahkan, Ketua LSM Lodaya itu mempertanyakan identitas kesundaan dari seorang Jimmy. Ia juga menyarankan supaya Jimmy menanggalkan identitas kesundaannya kalau memang ia malu dengan budaya Sunda.
“Jangan mengaku orang Sunda kalau keberatan dengan berkembangnya budaya Sunda. Jimmy harus dipertanyakan lagi kesundaannya,” ujarnya.
Dan mengenai pernyataan Jimmy yang mengatakan Karawang itu tidak hanya suku Sunda, Nace hanya tersenyum. Nace pun mengkomparatifkannya dengan Jakarta. Menurutnya, demografi Jakarta yang lebih beragam daripada Karawang saja bisa menerapkan regulasi yang mengwajibkan para pegwainya mengenakan pakaian adat Betawai, lantas mengapa Karawang tidak bisa.
“Bahkan anak-anak SD, dalam hari-hari tertentu sudah memakai pakaian adat Betawai. Nah lantas, Karawang yang belum se-heterogen Jakarta mengapa tidak bisa menerapkan pakaian Sunda?” tanyanya retoris.
Mengenai Karawang yang selalu dibanding-bandingkan dengan Purwakarta, Nace punya pandangan lain. Memang, menurutnya, sangat menyakitkan melihat Purwakarta bisa eksis dan terkenal melalui budaya Sunda, tapi hal itu bukan berarti Karawang diharamkan meniru Purwakarta.
“Karena kenapa tidak kita meniru hal baik, bukankah Purwakarta menerapkan kebudayaan yang baik di wilayahnya, terus kalau kita meniru hal baik itu, apakah kita juga nantinya akan baik? Pasti, pasti kita akan baik!” katanya.
Nace juga mempropagandakan supaya masyarakat beramai-ramai menolak calon pemimpin yang tidak punya keinginan untuk memajukan kebudayaan Karawang.
“Karena saya khawatir Karawang akan hancur jika berada di tangan bupati yang tidak mencintai budayanya sendiri,” pungkasnya.
Sementara itu, pemerhati budaya Indonesia yang berdomisili di Bandung, Man Jasad, dihubungi via seluler mengatakan bahwa orang bodohlah yang mengkotak-kotakan budaya. Budaya di nusantara, menurutnya, adalah sama.
“Jadi, ketika ada wilayah yang menerapkan salah satu budaya, maka secara implisit wilayah itu sudah menerapkan budaya nusantara secara keseluruhan, karena esensi budaya adalah value (nilai) yang ada di dalamnya,” kata lelaki yang terkenal arif tersebut. (muh)
Posting Komentar