Tingkat Inflasi Karawang di atas Nasional

Terpicu Perubahan Gaya Hidup 

KARAWANG, Spirit
Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Kabupaten Karawang memicu kenaikan tingkat inflasi di daerah ini hingg 4,39 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang, mencatat kenaikain tingkat inflasi selama sepuluh bulan terakhir (Januari-Oktober 2014) tersebut lebih tinggi daripada tingkat inflasi nasional sebesar 4.19 dalam kurun waktu yang sama. 

Sebelumnya, tingkat inflasi umum Kabupaten Karawang tahun 2013 (year-to-year) sebesar 8,87 persen. Menurut Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kabupaten Karawang, Asin Saputra, kenaikan tingkat inflasi di Kabupaten Karawang lebih banyak dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi warga setempat.

“Saat ini ada fenomena semakin meningkatnya jumlah kelas menengah dalam struktur masyarakat Karawang. Peningkatan jumlah kelas menengah ini yang kemudian memicu perubahan pola gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat,” katanya kepada Spirit Karawang, Sabtu (14/11).

Sedangkan meningkatnya jumlah kelas menengah, menurut dia, akibat adanya proses transformasi dari masyarakat berbasis pertanian ke masyarakat berbasis industri. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat kelas menengah tersebut di antaranya terlihat dari kecenderungan mereka untuk lebih memilih mengonsumsi makanan dan minuman olahan daripada makanan pokok biasa, sehingga mereka lebih banyak membelanjakan pendapatannya di luar bahan pokok (sembako). 

 “Implikasinya, terlihat semakin menjamurnya pusat perdagangan, kuliner, rumah makan dan restoran untuk memenuhi hasrat gaya hidup dan kebutuhan mereka,” ujar Asin. 

Berdasarkan data BPS Kabupaten Karawang tingkat inflasi umum Kabupaten Karawang (month- to- month) Oktober 2014 tercatat 0,4 persen, sementara inflasi makanan dan minuman olahan tercatat 0,2 persen. Jadi inflasi makanan dan minuman olahan menyumbang sebesar 50 persen terhadap tingkat inflasi umum di Kota Lumbung padi Nasional ini.

Dikatakannya, akibat perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut juga terlihat penurunan pola konsumsi beras masyarakat Karawang yang semula sebesar 10 persen dari total pendapatan turun menjadi sebesar 8 persen. 

Terkait dengan rencana pemerintah menaikan harga BBM, maka untuk menstabilkan tingkat inflasi di Kabupaten Karawang, menggunakan indikator tingkat inflasi berdasarkan nilai harga konsumen (NHK). “Maka bagi pemerintah Kabupaten Karawang ada dua tugas yang harus dilakukan, di samping mengendalikan bahan makanan pokok, juga harus dapat mengendalikan harga makanan dan minuman olahan,” ujarnya pula. 

Tapi, Asun mengakui, upaya mengendalikan harga makanan dan minuman itu sangat sulit, karena terkait dengan selera atau gaya hidup masyarakat. 

Ia menjelaskan, berdasarkan pengalaman pemerintah sebelumnya, ketika menaikan harga BBM selama dua kali tahun 2005, dari Rp 1.800/liter menjadi Rp 2.500/liter, kemudian naik kembali menjadi Rp 4.500/liter, tingkat inflasinya tidak sampai menyentuh dua dijit, yakni berkisar 18 persen. Sementara tahun 2008 ketika terjadi kenaikan kembali harga BBM dari Rp 4.500/liter menjadi Rp 6.500/liter dengan sistem pengalihan subsidi BBM melalui cash transfer (BLT) tingkat inflasi hanya bertengger pada kisaran 12,46 persen.

Karena itu, dengan tingkat inflasi tahun kalender nasional (Januari-Oktober 2014) sebesar  4,19 persen pemerintah optimism dampak kenaikan harga BBM sebelum akhir tahun ini tidak memengaruhi tingkat inflasi yang begitu besar. “Apalagi pengalaman pemerintah selama ini dalam mengendalikan tingkat inflasi melalui cash transfer, pengalihan subsidi BBM yang dinilai cukup efektif.(zen)


Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. POTRET KARAWANG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger