Budaya Bisa Berjalan Beriringan

“Hidup orang Sunda dari dulu itu papatungan (gotong royong). Kita ini saudara. Hidupkan lagi rasa itu,” katanya kepada Spirit Karawang.
Bapung prihatin dengan kondisi sosial orang Karawang saat ini. Selain ada eksodus yang dilakukan orang luar Karawang, pribumi asli Karawang sendiri perlahan-lahan mulai terkikis rasa gotong royongnya.
“Nah itu yang saya ingin hidupkan kembali. Sakit satu, sakit semua. Gembira satu, gembira semua,” katanya lagi.
Apalah arti berkesenian, lanjut Bapung, jika rasa memiliki terhadap budaya sendiri kian memudar. Banyaknya budaya dari daerah lain yang masuk ke Karawang sebenarnya tidak ada masalah, karena budaya tak harus berbenturan. Budaya bisa berjalan beriringan selama mempunyai makna yang positif.
Tidak hanya kalangan masyarakatnya saja yang menurut Bapung harus kembali disadarkan. Lebih dari itu, Bapung berpikiran pemerintah haruslah memeberi contoh keteladanan gotong raoyong kepada warganya “Jangan hanya berebut ‘kue’. Ambek-ambekan lah. Mereka (pemerintah) harus menyontohkan bahwa Karawang itu kebupaten yang menjujung tinggi budaya gotong royong.”
Gotong royong yang dimaksud Bapung bukan tidak terbatas pada satu pengertian. Bapung menilai, gotong royong tidak harus bekerja besama-sama, melainkan bekerja dengan saling menutupi.
“Menutupi kekurangan lah tentunya. Si A misalnya cuma punya tenaga, ya, bantunya dengan tenaga. Si B punya uang, yaa .. bantu dengan uang. Dan lain-lain,” ujarnya.
Karawang, tamabah Bapung, jangan sampai hilang keakrabannya, kehangatannya, dan keharmonisannya. Karawang jangan lagi memandang perbedaan sebagai halangan.(gus muhammad ar/spirit karawang)
Posting Komentar