KARAWANG, Spirit
Guna memenuhi persayaratan sebagai perguruan tinggi negeri, Rektor Unsika, Prof. Dr. Moh. Wahyudin Zarkasyi, CPA., melantik wakil rektor baru bidang administrasi umum, keuangan dan kepegawaian, Ir. H. Briljan Sudjana, MBA. Selain itu juga dilantik Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI), H. Asep Muslihat, SE., MM. Acara tersebut berlangsung di Aula Utama Unsika, Kecamatan Telukjambe Timur, Kamis (30/10). Selain melantik wakil rektor baru, Wahyudin juga melantik kembali wakil rektor, dekan, wakil dekan dan ketua program studi.
Menurut Wahyudin dalam paparannya di hadapan civitas akademika Unsika dan tamu undangan, setelah Unsika menjadi perguruan tinggi negeri, maka mesti mengikuti peraturan yang berlaku, yakni pejabat wakil rektor bidang administrasi umum, keuangan dan kepegawaian harus seorang pegawai negeri sipil (PNS). Selain itu, PTN Unsika pun harus memiliki satuan pengawas internal (SPI) untuk mengawasi kualitas pendidikan PTN Unsika.
Ditambahkan Wahyudin, di masa yang akan datang, Unsika akan mengalami tantangan yang luar biasa. Pasalnya, persaingan diantara perguruan tinggi, baik negeri dan swasta, akan semakin kompetitif dan akan diberlakukannya pasar bebas di negara ASEAN. Sehingga, jika kualitas perkuliahan PTN Unsika biasa-biasa saja, maka Unsika akan tertinggal oleh perguruan tinggi dan lulusan Unsika sulit diterima oleh dunia kerja.
“Kita perlu melakukan inovasi pendidikan, jika ingin maju dan tetap bisa bertahan,” ucapnya.
Selain itu, dia pun meminta kepada staf dosen Unsika agar melakukan pelayanan prima terhadap mahasiswanya, sehingga terbentuk alumni-alumni Unsika yang cerdas, berkarakter dan berkualitas. Wahyudin mengingatkan kepada staf dosennya agar tidak bersikap underestimate, yakni menganggap pelayanan prima hanya pantas dilakukan dunia usaha semacam rumah sakit.
“Dunia pendidikan pun harus menerapkan pelayanan prima,” tegasnya.
Dijelaskan Wahyudin, jika sebuah rumah sakit tidak menerapkan pelayanan prima, maka yang rugi mungkin hanya beberapa pasien yang berobat ke tempat tersebut. Tetapi, jika sebuah pendidikan tidak menerapkan pelayanan prima, maka bisa jadi tidak akan ada yang namanya calon dokter, calon hakim dan calon guru.
“Jika kita salah melakukan treatment terhadap anak didik, maka akan membunuh potensi anak didik,” imbuhnya.
Untuk meningkatkan pelayanan prima tersebut, kata dia, dosen PTN Unsika harus terus meningkatkan kualitas akademiknya dengan cara melanjutkan strata pendidikannya hingga ke level S3. Perguruan tinggi yang menjadi tujuan melanjutkan S3 pun diusahakan harus ke luar negeri atau setidaknya perguruan tinggi dalam negeri yang sudah teruji kualitasnya, semacam UPI, ITB, Unpad dan UI.
“Kalau tidak seperti itu, maka PTN Unsika akan selalu berada di bawah bayang-bayang PTN lainnya,” pungkasnya. (tif)
Posting Komentar