Program SRI Belum Berjalan Efektif
KARAWANG, Spirit
Penambahan alokasi pupuk kimia bersubsidi nampak bukan solusi sistemik atas kelangkaan pupuk terjadi beberapa bulan yang lalu. Pada beberapa bulan yang lalu sempat menimbulkan kecemasan hingga kemarahan, yang berujung pada aksi unjuk rasa yang dilakukan para petani di dinas pertanian Kabupaten Karawang.
Hal itu menunjukan betapa petani Kabupaten Karawang masih sangat bergantung sekali terhadap pupuk kimia ini, meskipun pola alternatif sistem pemupukan ala organik telah lama dikenalkan oleh dinas pertanian kepada masyarakat petani yaitu di antaranya melalui program System of Rice Intensification (SRI). Sejak tahun 2011 program SRI ini digulirkan. Namun hingga kini, solusi ini nampak tidak berjalan karena ternyata masyarakat petani tidak begitu mudah menerimanya.
Menurut dewan ketua pembina Pusat Peranserta Masyarakat Kabupaten Karawang Ir. Ismail Ma’i program SRI yang digalakan pemerintah daerah melalui dinas pertanian meskipun tujuan baik untuk pengembangan padi organik sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia ini. Tetapi selama ini program tersebut tidak berjalan efektif. Lantaran, program tersebut tidak diikuti dengan upaya pembinaan yang serius dan kontinu.
Mestinya, kata Ismail dinas pertanian ketika menggalakan program SRI harus melakukan upaya pembinaan terhadap para petani baik terkait teknis pemakaian maupun keunggulan dan manfaatnya, sehingga hal ini dapat menghilangkan keraguan dan keyakinan petani akan manfaat dan hasil ketika melakukan program tersebut. Tetapi pembinaa tersebut tidak dilakukan.
“Yang dilakukan dinas pertanian selama ini menunjukan tidak adanya komitmen dan keinginan yang kuat atas keperpihakan kepada petani dan keinginan yang serius untuk memajukan dunia pertanian Kabupaten Karawang ini,” ucapnya kepada Spirit Karawang, pekan lalu.
Keberhasilan program SRI, kata Ismail, yang mendasar dibutuhkan perubahan mind set dan paradigma petani, dari pola konvensional ke arah pengolahan dengan pupuk organik. Oleh karena itu, lanjut dia dibutuhkan peran dinas pertanian untuk melakukan pembinaan secara terus menerus kepada petani. Agar pemikiran petani menjadi terbuka, sehingga dapat berubah pola pikirnya.
Ketua Gapoktan Kecamatan Jatisari Imron Rosadi, juga mengutarakan, program SRI selama ini tidak berjalan efektif karena di samping karena beberapa kendala teknis seperti susahnya mencari tenaga kerja, juga minimnya pembinaan dari dinas terkait. Sehingga banyak petani ragu dan tidak mengikuti dan melakukan program tersebut.
Meskipun diakuinya, program SRI tersebut telah memberikan manfaat, khususnya peningkatan produktivitas.
“Ketika menerapkan program SRI yang digalakan pemerintah melalui dinas pertanian, ada peningkatan produktivitas sekitar 5-10 persen,” ucapnya.
Jumlah penyuluh terbatas
Sementara Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Drs. Cecep Mulyawan mengatakan, sejak digulirkanya program SRI tahun 2011, program tersebut telah berjalan baik dan terbukti program tersebut telah meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
Menurut dia, terkait bimbingan dan pembinaan terhadap petani, terkait program SRI lebih merupakan tugas para penyuluh dibawah koordinasi BP4K.
Lebih lanjut dia mengatakan tugas dinas pertanian dalam hal tidak lebih sebagai programer, sementara untuk bimbingan dan pembinaan lebih lanjut akan dilakukan oleh tenaga penyuluh di bawah koordinasi BP4K (Tingkat Kabupaten) atau BP3K yang berada di tingkat kecamatan.
Diakuinya, tenaga penyuluh (PNS) di Kabupaten Karawang saat ini masih jauh memadai, sehingga hal ini kendala tersendiri bagi upaya dan proses pembinaan bagi petani, sehingga satu penyuluh terpaksa harus membawai dua desa bahkan lebih.
“Untuk tugas bimbingan dan pembinaan, idealnya harus ada satu tenaga penyuluh untuk setiap desa. Atau satu desa satu tenaga penyuluh,”ucapnya. (zen)
Posting Komentar