CALUNG, merupakan alat musik tradisional berasal dari Jawa Barat dan menjadi ciri khas budaya Sunda yang selama ini ada dan bertahan di sana, sering kali orang menganggap sama antara calung dengan angklung. Menurut seniman calung, Elbaran Alzena Elfauzan, pada dasarnya, alat musik ini sama-sama terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada-nada harmonis
“Bedanya adalah pada cara memainkannya, kalau angklung dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan calung dimainkan dengan cara dipukul,” katanya kepada Spirit Karawang, Sabtu (25/10).
Calung, tambah Alzen, terbuat dari bambu hitam yang memang khusus digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan akan lebih baik bila menggunakan jenis bambu ini. “Calung ada tiga macam. Satu, calung gambang, dua, calung gamelan, dan yang terakhir calung jingjing.”
Yang disebut calung gambang, lanjutnya, adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan tali tanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya, kedua ujung tali diikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada pinggang si penabuh.
“Motif pukulan mirip memukul gambang,” ujar Alzen.
Kemudian calung gamelan, jelasnya, adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Kata dia, di Sumedang, calaung jenis ini disebut salentrong (di Sumedang),
“Alatnya terdiri atas dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang. Lagu-lagu yang biasanya dimainkan calung jenis ini antara lain Cindung Cina (Cik Indung Menta Caina), Kembang Lepang, Gondang dan Ilo ilo,” katanya.
Sementara itu, calung jingjing, bentuk calung yang ditampilkan dengan dijinjing/dibawa dengan tangan yang satu sedang tangan yang lainnya memegang pemukul. “Calung jenis ini sangat digemari dibandingkan dengan bentuk calung-calung lainnya. Karena simpel dan mudah memainkannya,” katanya.(muh)
Posting Komentar