Purwakarta, Spirit
Musim kemarau tahun ini mengakibatkan bencana kekeringan dan kesulitan air bersih di berbagai daerah di Kabupaten Purwakarta. Dibandingkan tahun sebelumnya, bencana kekeringan kian meluas. Sebelumnya, dari hasil inventarisasi Dinas energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Purwakarta, 12 dari 17 kecamatan rawan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau. Namun kemarau tahun 15 kecamatan mengalami bencana kekeringan.
Kepala Dinas ESDM Purwakarta, Tarsamana Wawan Setiawan membenarkan kondisi tersebut. Dari laporan yang diterima jajaranya, kekeringan ini sudah melanda 39 desa yang tersebar di 15 kecamatan. “Sudah ada 39 Desa yang terkena dampak kemarau ini. Selain menyebabkan ratusan hektar lahan pertanian kering, juga terjadi krisis air di beberapa desa yang ada. Data itu kami himpun hasil laporan dari berbagai pemerintahan desa,” ujar Wawan, Selasa (14/10).
Diungkap, kecamatan yang dilanda kekeringan di antaranya Tegalwaru, Plered, Sukasari, Sukatani, Darang, Jatiluhur, Pondoksalam, Pasawahan, Purwakarta, Campaka dan Cibatu.
Dijelaskan Tarsamana, salah satu upaya yang tengah dilakukan pemerintah yakni memberikan bantuan berupa air bersih kepada warga yang terkena dampak kemarau. Untuk penanggulangan sementara terkait bencana kekeringan, lanjut Tarsamana, pihaknya telah meminta bantuan kepada pengusaha industri untuk membantu menyalurkan air bersih atau meminjamkan truk tanki air. Menurutnya, persoalan tersebut harus dituntaskan dengan membuat solusi penanganan jangka panjang.
“Supaya, kasus seperti ini tak terjadi lagi tahun mendatang. Salah satu solusi jangka panjangnya, yakni dengan membuat sumur bor di lokasi-lokasi rawan kekeringan. Tapi, sebelumnya harus dilihat dulu apa di lokasi tersebut terdapat mata air bawah tanah atau tidak,” jelas dia.
Namun, ada satu yang menjadi kendala jajarannya untuk merealisasikan program tersebut. Yakni, terkait anggaran. Pasalnya, pengajuan anggaran untuk pembuat sumur sumur bor ini tak kunjung mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Daerah.
Wawan menambahkan, sebenarnya sejak beberapa tahun terakhir ada bantuan 10 sumur bor dari Badan Geologi pusat. Bantuan tersebut, sangat bermanfaat bagi mereka yang bermukim di daerah rawan krisis air. Namun, menurutnya, 10 titik sumur bor itu dirasa belum mencukupi untuk seluruh wilayah yang terkena krisis air.
Makanya, lanjut Tarsamana, dinasnya berencana menambah beberapa titik sumur bor di wilayah-wilayah itu. Misalnya, di Kecamatan Cibatu. Namun, sampai saat ini program tersebut masih dalam tahap pembahasan. “Tapi, sebelum membuat sumur bor, kita akan terlebih dahulu mengecek lokasi yang masih terdapat sumber air bawah tanah. Untuk ini, kami akan minta bantuan ke Badan Geologi,” pungkasnya.
Sementara itu, Sugih (46), warga Kampung Blok lio, Desa Gurudug Kecamatan Pondoksalam mengatakan, kondisi seperti ini tak aneh warga yang bermukim di kampungnya.Dengan kata lain, penderitaan warga di sekitar kampung itu, setiap musim kemarau datang pasti kesulitan air bersih.
"Kondisi seperti ini pasti terjadi setiap musim kemarau. Warga terpaksa memanfaatkan air di kubangan itu, karena sudah tidak ada lagi mata air yang bisa dipakai lagi," kata Sugih.
Sugih mengaku, kampungnya itu termasuk daerah gersang. Karena, meskipun berbagai upaya warga untuk mendapatkan air bersih sudah dilakukan. Semisal, dengan menggali sumur sedalam belasan meter, tetap saja air tidak didapat.
Jadi, sambung dia, tak heran meskipun hanya tiga minggu saja hujan tidak turun warga disini sudah kesulitan mencari air bersih apalagi sekarang hujan sudah tak turun hampir dua bulan ini. "Kalaupun ada air dalam sumur yang digali di daerah kami ini tidak lah banyak. Lantaran, setiap kali kemarau datang, air bersih dalam sumur cepat kering," cetus dia.
Untuk itu, terang dia, adanya beberapa kubangan bekas galian pasir ini yang sangat membantu warga. Meskipun, jika dilihat dari kondisinya air tersebut tak layak untuk dikonsumi. "Airnya memang sedikit kotor. Tapi, saya kira tidak akan menyebabkan penyakit," katanya.
Selain ke lokasi mata air itu, tambah dia, warga pun ada yang mencarinya hingga ke tempat lain seperti datang ke desa tetangga dengan jarak kurang lebih satu kilometer. (CR/tgh)
Posting Komentar