Cuaca Buruk, Ekonomi Nelayan Terpuruk

CILEBAR, Spirit
Di musim pancaroba ini, angin kencang hingga menciptakan gelombang laut setinggi dua meter, akibatnya banyak nelayan tidak berani melaut. Sehingga, selama cuaca buruk yang hampir sebulan ini berimbas buruk pada kondisi ekonomi mereka. Seperti diungkapkan nelayan di Desa Pusakajaya Utara, Cilebar, Sarpa (67), Rabu (24/9) siang, banyak nelayan yang menggantungkan alat tangkapannya dan tidak melaut.
Akhirnya, mereka tidak bisa memberi penghidupan bagi keluarganya. Kata dia, keadaan nelayan memang seperti ini terus, untuk itu dia minta kepada pemerintah untuk membantu nelayan dari perlengkapan alat tangkapan dan harga BBM jangan dimahalkan.

Dijelaskan, saat ini setiap perahu nelayan hanya memiliki satu jenis alat tangkap ikan, sedangkan dalam setahun terdapat beberapa musim ikan. Dengan satu alat tangkap ikan yang dimiliki nelayan, otomatis tidak bisa digunakan menangkap ikan jenis lainnya. Misalnya alat tangkap udang tidak bisa digunakan untuk alat tangkap ikan. Ini yang jadi kendala nelayan, terlebih saat ini harga alat tangkapan ikan sangat mahal dan nelayan tradisional tidak mampu membelinya.

Keterpurukan nelayan ini, kata Sarpa, terjadi akibat beberapa hal, diantaranya harga bahan bakar solar dan sembako mahal, juga tidak dimilikinya alat tangkap ikan lengkap. "Karena hanya memiliki satu alat tangkap saja, kalau kalau musim udang hilang maka nelayan tidak bisa menangkap ikan dan mereka harus menunggu musim udang lagi," tandas Sarpa.

Jika satu perahu memiliki tiga jenis alat tangkap ikan, lanjut Sarpa, mereka bisa beropersi setiap musim setahun penuh.  Selain itu, pemerintah pun harus mendukung dengan menaikan harga ikan tangkapan nelayan. “Jika harga tinggi dan nelayan bisa dibantu peralatanya, maka nelayan bisa mandiri tanpa selalu meminta terus," ujarnya.

Kalau harga udang mahal, nelayan akan sejahera dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karawang pun bisa tinggi. Kata dia, satu perahu membutuhkan 30-40 buah alat tangkap sejenis atau yang disebut ting-ting. "Untuk beli bahan bakar solar saja sulit, apalagi beli alat tangkap ikan yang mahal," katanya.

Keluhan nelayan ini sudah bukan hal baru melainkan sering didengar setiap tahun. Meski pemerintah telah membantu mereka dengan infrastruktur bangunan TPI dan mesin perahu, tetapi  harga bahan bakar dan sembako yang tinggi tetap saja tidak bisa menandingi biaya produksi. Artinya, para nelayan ini akan terus dalam kondisi terpuruk, pergi melaut dengan ongkos besar dan pulang dengan penghasilan minim, bahkan nelayan tidak cukup untuk bayar hutang ke warung. (spn)
Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. POTRET KARAWANG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger