PENJUAL salah minuman tradisional khas urang Sunda bajigur, kini makin sulit ditemui di wilayah perkotaan Kabupaten Karawang. Besar kemungkinan para penjual minuman yang berbahan baku gula aren (gula merah) dan santan itu, makin tertekan dengan maraknya minuman yang dijual dalam kemasan modern.
Suara khas penjaja bajigur yang berkeliling malam hari, sambil mendorong gerobak dagangannya, kini tak lagi terdengar. Sekali pun pada musim hujan, karena bajigur akan terasa lebih nikmat bila diminum dalam suasan dingin.
Karena itu, selain membawa penganan tradisional yang antara lain terdiri atas rebusan pisang kepok, kacang tanah, dan kukusan singkong, dalam gerobaknya juga tak pernah ketinggalan kompor. Kompor berfungsi untuk menjaga kehangat bajigur.
Menurut seorang penjual bajigur, Dani (28), berdagan minuman tardisional sekarang, terasa cukup berat. Dalam zaman yang serba instan ini, sudah tak banyak lagi masyarakat yang berminat untuk membeli bajigur.
Karena tekanan zaman inilah, lanjut Dani, kini banyak pedagang bajigur yang sudah tidak lagi berjualan minuman yang rasanay manis dan aroma khas gula ren bercampur santan ini. Mereka lebih memilih alih profesi menjadi petani, buruh pabrik atau berjualan dagangan jenis lain.
Sekarang, katanya, hanya ada beberapa orang saja yang masih menekuni profesinya, sebagai pedagang bajigur. “Sekarang mahbanyak yang jadi petani, da ginikeadaannya juga.”
Akibat kurangnya peminat untuk membeli bajigur, ia mengaku, penghasilan sehari-harinya tidak lah besar. Namun ia enggan menyebutkan nominal pendapatan hariannnya itu.
Saat ini, menurut dia, setiap hanya beberapa orang saja yang masih membeli bajigur. Kondisi ini sangat jauh dengan beberapa tahun kebelakang, pedagang bajigur lebih banyak karena pembelinya pun masih banyak pula.
“Penghasilan, ya pas-pasan, gini lah, sudah jarang yang beli,” ujarnya.
Ia pun berharap bajigur akan kembali diminati oleh masyarakat khususnya masyarakat Sunda. Ia tak mau bajigur dilupakan begitu saja, karena bajigur merupakan minuman khas tradisi Jawa Barat.
“Ma enya kudu eleh ku miniman impor. Mudah-mudahan banyak lagi yang berminat, sehingga bajigur tidak hilang di tatar Sunda,” katanya.(dra)
Posting Komentar