Bunda Yuni Ibu bagi Anak-anak Miskin

Raden Ayu Tri Wahyuniati Subali atau akrab disapa Bunda Yuni ini sejak remaja telah memiliki anak asuh. Di rumahnya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, kini dia menyekolahkan lebih dari 300 anak. 

Sepuluh tahun silam, wanita kelahiran Sampang, Madura, 13 April 1953 ini membangun Sekolah Merah putih. Aktivitas sekolah yang dirintisnya ini, pada mulanya digerakkan oleh keuangan pribadinya. 

Anak-anak binaannya sebagian besar adalah anak-anak pemulung yang saban hari berkeliling membantu orang tuanya. Karena itulah, Yuni tak pernah menyuguhkan jam belajar reguler pada mereka. 

Wanita ini juga bangga, karena prosentasi kelulusan dalam ujian kejar paket anak didiknya mencapai 100 persen.
Empati kepada kaum papa yang tumbuh sejak masa kanak-kanak, membuat Yuni memutuskan untuk mengabdikan hidupnya sebagai bunda bagi anak-anak miskin.

April 2005, Yuni dan kawan-kawannya, termasuk pemerhati anak, Kak Seto, mendeklarasikan Lembaga Hak Anak dan Perempuan Indonesia (LHAPI), yang khusus memberikan perlindungan bagi anak dan perempuan korban kekerasan orang tua dan lingkungan. Sudah bisa dipastikan, selanjutnya rumah baru Yuni pun menjadi markas sukarelawan. 

Kegiatan yang dilakukannya beragam, termasuk mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Sekolah Merah Putih bagi anak-anak miskin dan tak mampu, di bawah naungan Yayasan Merah Putih. “Ternyata di sekeliling rumah banyak kediaman pemulung dan keluarga kurang mampu,” ujarnya.  “Di sekolah ini kami bukan sekedar mengajarkan calistung (baca-tulis-hitung), tetapi juga life skill dan entrepreneurship dengan moto learning with fun,” jelasnya. 

Harapannya, setelah lulus anak-anak itu juga memiliki keterampilan khusus dan jiwa wirausaha. Sementara itu kurikulum yang diajarkan berkisar kepada mata pelajaran yang masuk dalam ujian nasional saja. Tujuannya tak lain agar murid-murid lebih fokus untuk meraih nilai tertinggi. Saat ini, Sekolah Merah Putih menyediakan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan kelas setara SD, SMP, dan SMA.  

Sekolah Merah Putih ternyata bukan hanya ada di Jakarta dan Kepulauan Seribu, melainkan berekspansi ke beberapa provinsi lain, seperti Jawa Timur, Bali, dan Lombok. Sekolah-sekolah tersebut juga merupakan salah satu dari Gerai (Gerakan Orang Tua dan Anak Indonesia) Merah Putih dan Global Movement for Peace yang ia gagas. Tekad Yuni tak lain menjadi motivator bagi pendidikan gratis di Indonesia.  

Nama “Merah Putih” sendiri memliki makna filosofis bagi Yuni. Merah merupakan lambang keberanian dan putih diartikan sebagai kejujuran. “Untuk bisa berkata jujur dibutuhkan keberanian yang kuat,” tegas Yuni. Oleh karena itu, ia selalu mengajarkan anak-anaknya bahwa hidup bukan untuk diri sendiri, dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain di sekeliling mereka. (berbagai sumber) 

Share this video :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. POTRET KARAWANG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger