KARAWANG, Spirit
Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Budaya Kabupaten Karawang menuai kritik dari para pengunjung yang datang dalam peresmian Kampung Budaya, Senin (27/10). Pengunjung merasa tidak nyaman berada di lokasi yang berada di Jalan Interchange Tol Karawang Barat tersebut.
Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Budaya Kabupaten Karawang menuai kritik dari para pengunjung yang datang dalam peresmian Kampung Budaya, Senin (27/10). Pengunjung merasa tidak nyaman berada di lokasi yang berada di Jalan Interchange Tol Karawang Barat tersebut.
Rima, salah satu pengunjung mengatakan, merasa tidak nyaman berada di "perkampungan buatan" tersebut. "Panas. Tidak ada pohonan di sekitarnya. Bangunanya juga terlihat rapuh," katanya kepada Spirit Karawang, Senin (27/10).
Lain dengan Dian. Wanita wiraswasta tersebut menilai jika sematan budaya sama sekali tidak terinterpretasi pada setiap bangunan yang ada di lingkungan Kampung Budaya.
"Saya tidak melihat setiap bangunan di sini mencirikan kebudayaan Sunda. Apalagi untuk mewakili kebudayaan Karawang secara keseluruhan," kata perempuan berhijab tersebut.
Bangunan yang dimaksud Dian adalah bangunan yang digunakan untuk penginapan yang berjumlah delapan kamar. Bangunan-bangunan tersebut dirasakannya tidak punya kejelasan kebudayaan yang pasti.
"Saya bingung bangunan penginapan itu menggunakan arsitektur kebudayaan apa. Toraja bukan, Jawa bukan, apalagi arsitektur bangunan kebudayaan Karawang, sama sekali bukan," kritiknya.
Bapung Aing, seorang pemerhati budaya Karawang pun menyesalkan dengan banyaknya bangunan beton di Kampung Budaya. Ia sebelum datang ke sana sempat membayangkan dengan kehidupan di masa kecilnya silam.
"Sebelumnya, yang ada di otak saya tuh sebuah perkampungaj yang sejuk dengan suasana asri di sekitarnya. Setelah datang dan tahu aslinya bagaimana, saya kecewa. Beton semua!" sesalnya.
Sementara itu, Munip, Kepala Pelaksana pembangunan Kampung Budaya membela diri bahwa ia hanya melanjutkan pembangunan yang sudah ada. "Kan sebelumnya juga oleh Pak Acep Jamhuri. Saya hanya melanjutkan. Bahkan saya adalah Kepala Pelaksana yang ketiga. Saya baru bertugas tahun 2013 lalu."
Ketika ditanyai menggunakan konsep kebudayaan apa dalam mengarsiteki bangunan di Kampung Budaya, Munip pun kebingungan.(muh)
Posting Komentar